Visitor
Sabtu, 29 Desember 2018
PEMBERITAHUAN GURU NON PNS PENERIMA INSENTIF TAHUN 2019
Guru non PNS penerima dana Insentif harus tetap bersabar, setelah adanya dana Insentif sudah masuk rekening masing-masing guru hal tersebut membuat bahagia guu non PNS penerima dana insentif pasalnya sudah lama penerima dana fungsional tak dicairkan karena adanya pemberhentian penyaluran dana fungsional., hingga mengakibatkan dana fungsional ditutup.
Setelah sekian lama dana fungsional ditutup, kemudian hari muncul pergantian nama menjadi dana Insentif, diberbagai wilayah pada bulan Desember dana tersebut sudah cair dan telah masuk ke rekening masing masing guru nonton PNS penerim dana insentif, tak jarang dari mereka penerima dana insentif mencairkan dana tersebut meski harus mengganti buku rekening atau biasa di sebut Converse.
Dan sekarang beredar surat Himbauan untuk tidak mencairkan dana insentif dikarenakan akan diadakan revisi nomenklatur di tahun 2019 pada bulan Januari nanti. Berikut isi surat yang beredar.
"Menindaklanjuti hasil penelaahan DIPA online Tahun Anggaran 2019, bahwa terdapat catatan untuk output 2133.004 : Guru NON-PNS Penerima Tunjangan Fungsional agar direvisi menjadi Guru Non PNS Penerima Insentif, maka Direktorat Jenderal Pendidikan Islam akan berkoordinasi dengan Kantor Wilayah Kementerian Agama untyk melakukan proses revisi nomenklatur pada awal Januari 2019. Selanjutnya, kepada Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota Se Indonesia yang memiliki output 2133.004 : Guru NON-PNS Penerima Tunjangan Fungsional pada DIPA Petikan masing-masing agar tidak melakukan pencairan anggaran sebelum revisi nomenklatur selesai dilaksana"
KEPALA SEKOLAH BAPAK SAPRIANSYAH BANGUN PONDOK BACA , TUKANGI SENDIRI
Salut dengan bapak sapriansyah yang berhasil membuat pondok baca untuk masa depan bangsa dan menumbuhkan rasa cinta membaca, bapak sapriansyah rela meluangkan waktunya untuk membuat Pondok baca.
Pada laman yang dilangsir beritalima.com menerangkan bahwa Bapak Sapriansyah menukangi sendiri pembuatan pondok baca tersebut.
“Saya menukangi sendiri pendirian bangunan ini agar madrasah semakin berkembang dalam segi pembelajaran dan budaya baca,” ujarnya bersemangat.
Bangunan pondok baca yang berhasil di tegakkan oleh bapak Sapriansyah berada di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. MIN 1 Kutai Kartanegara.
Pondok baca yang dibuat dari bambu sederhana, tripleks dan kayu-kayuan. Tertera di salah satu bangunan itu tulisan “Pondok Baca”.
Tujuan Pondok Baca ini didirikan agar anak-anak tertarik membaca. Menyediakan tempat membaca yang mudah dijangkau dan menarik adalah salah satu strategi madrasah tersebut untuk meningkatkan minat baca siswa.
Seusai pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah program PINTAR Tanoto Foundation yang ada diadakan sekitar bulan September, pak Sapriansyah ingin langsung menerapkan salah satu rencana tindak lanjut di pelatihan tersebut, yaitu mendirikan taman baca. Walaupun sudah berkiprah di madrasah ini selama hampir sepuluh tahun, semangatnya untuk membangun madrasah tetap menyala-nyala. “Saya menukangi sendiri pendirian bangunan ini agar madrasah semakin berkembang dalam segi pembelajaran dan budaya baca,” ujarnya bersemangat.
Selama pelatihan, dia ingat bahwa banyak benda-benda bekas di sekolah yang sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk membuat taman baca tanpa harus mengeluarkan banyak biaya. Misalnya bambu yang sudah tidak dimanfaatkan lagi setelah acara perkemahan sekolah, tripleks sisa pembangunan mushola dan bahan-bahan lainnya dari bekas pembangunan madrasah.
“Kalau mau membangun budaya baca, harus ada sarana yang mendukung, yang menarik dan menjadi ikon supaya anak-anak tergerak untuk membaca,”ujarnya.
Dengan semangat yang menyala-nyala, sepulang pelatihan, ia langsung membuat desain bangunan taman baca tersebut. Setiap selesai jam sekolah, ia pulang kembali ke rumahnya, sholat, makan dan berganti baju seperti buruh kasar, pakai kaos atau baju lain yang tidak lagi memperlihatkan dia sebagai kepala madrasah. Dibantu oleh sekurit dan cleaning service, ia memotong-motong bambu, menggergaji tripleks dan lain-lain, mewujudkan desain bangunan yang telah ia buat dari jam 2 sampai jam 5.30 sore.
Selama membangun, ia tidak kekurangan bahan-bahan dan juga makanan dan minuman. Para guru ikut menyumbang secara sukarela tambahan biaya yang digunakan untuk membeli cat, paku, makanan dan minuman selama bekerja. Kepala sekolah sendiri juga sukarela mengeluarkan sebagian uangnya untuk pembelian bahan-bahan.
“Agar bangunan ini menarik anak-anak, maka catnya harus berwarna-warni dan tempatnya musti dingin,” ujarnya menerangkan desainnya. Untuk menghasilkan cat yang berwarna-warni, kepala madrasah membeli tiga warna cat yaitu merah, kuning dan hijau dan kemudian sebagian dioplos untuk menghasilkan warna baru.
Setelah dikerjakan kurang lebih empat hari, dua bangunan pondok baca pun akhirnya berdiri. Satunya berbentuk seperti balai-balai lesehan dan satunya berbentuk payung dengan beberapa tempat duduk. Yang seperti balai-balai cukup untuk menampung 20 anak.
Ternyata respon siswa memanfaatkan tempat tersebut baik untuk belajar maupun membaca sangat luar biasa. “Sangat menggembirakan bagi saya. Ternyata anak-anak tiap saat berebutan memanfaatkan tempat tersebut untuk membaca. Para guru juga sering duduk disitu menemani anak-anak membaca,” ujar pria beranak tiga ini sangat gembira menikmati hasil kerjanya.
Melihat respon itu, ke depan, kepala madrasah akan menukangi tiga lagi model bangunan sejenis, supaya anak-anak tidak berebutan. “Saya akan membangun tiga taman baca lagi,” tekadnya.
Selain diluar kelas, kepala madrasah juga telah memerintahkan para guru membuat pojok baca di masing-masing kelas yang diampu. Setiap kelas, oleh karenanya, sekarang ini sudah memiliki pojok baca masing-masing. Orang tua siswa juga telah diminta untuk membantu dalam pengadaan buku-buku bacaan.
“Untuk pengadaan buku lebih lanjut, nanti saya juga minta siswa yang akan lulus menyumbangkan buku pada sekolah. Kalau ada 52 anak didik, setidaknya kita bisa dapatkan buku tambahan sejumlah itu,” ujarnya.
Pak Sapri merupakan contoh kepala sekolah yang sadar akan pentingnya membangun literasi bagi anak didiknya. Ia mencontohkan pada guru-guru di sekolahnya dengan langsung berbuat, sehingga guru-guru tergerak untuk melaksanakan program membaca di kelasnya sendiri-sendiri.
Indonesia saat ini merupakan negara yang tangkat literasinya sangat rendah. Berdasarkan penelitian dari Central Connecticut University tahun 2016 yang lalu, Indonesia berada di urutan ke 60 dari 61 negara yang diteliti. “Semangat yang pak Sapri lakukan, mesti menular ke banyak orang. Rendahnya minat baca di Indonesia adalah masalah yang serius karena menghilangkan potensi pendapatan ekonomi triliunan rupiah. Jika masyarakat Indonesia literate, pendapatan ekonomi pun akan cenderung meningkat dengan pesat,” ujar Mustajib, Communication Specialist Tanoto Foundation Kaltim. sumber : https://beritalima.com/kepala-madrasah-ini-tukangi-sendiri-pembangunan-pondok-baca/
Pada laman yang dilangsir beritalima.com menerangkan bahwa Bapak Sapriansyah menukangi sendiri pembuatan pondok baca tersebut.
“Saya menukangi sendiri pendirian bangunan ini agar madrasah semakin berkembang dalam segi pembelajaran dan budaya baca,” ujarnya bersemangat.
Bangunan pondok baca yang berhasil di tegakkan oleh bapak Sapriansyah berada di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. MIN 1 Kutai Kartanegara.
Pondok baca yang dibuat dari bambu sederhana, tripleks dan kayu-kayuan. Tertera di salah satu bangunan itu tulisan “Pondok Baca”.
Tujuan Pondok Baca ini didirikan agar anak-anak tertarik membaca. Menyediakan tempat membaca yang mudah dijangkau dan menarik adalah salah satu strategi madrasah tersebut untuk meningkatkan minat baca siswa.
Seusai pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah program PINTAR Tanoto Foundation yang ada diadakan sekitar bulan September, pak Sapriansyah ingin langsung menerapkan salah satu rencana tindak lanjut di pelatihan tersebut, yaitu mendirikan taman baca. Walaupun sudah berkiprah di madrasah ini selama hampir sepuluh tahun, semangatnya untuk membangun madrasah tetap menyala-nyala. “Saya menukangi sendiri pendirian bangunan ini agar madrasah semakin berkembang dalam segi pembelajaran dan budaya baca,” ujarnya bersemangat.
Selama pelatihan, dia ingat bahwa banyak benda-benda bekas di sekolah yang sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk membuat taman baca tanpa harus mengeluarkan banyak biaya. Misalnya bambu yang sudah tidak dimanfaatkan lagi setelah acara perkemahan sekolah, tripleks sisa pembangunan mushola dan bahan-bahan lainnya dari bekas pembangunan madrasah.
“Kalau mau membangun budaya baca, harus ada sarana yang mendukung, yang menarik dan menjadi ikon supaya anak-anak tergerak untuk membaca,”ujarnya.
Dengan semangat yang menyala-nyala, sepulang pelatihan, ia langsung membuat desain bangunan taman baca tersebut. Setiap selesai jam sekolah, ia pulang kembali ke rumahnya, sholat, makan dan berganti baju seperti buruh kasar, pakai kaos atau baju lain yang tidak lagi memperlihatkan dia sebagai kepala madrasah. Dibantu oleh sekurit dan cleaning service, ia memotong-motong bambu, menggergaji tripleks dan lain-lain, mewujudkan desain bangunan yang telah ia buat dari jam 2 sampai jam 5.30 sore.
Selama membangun, ia tidak kekurangan bahan-bahan dan juga makanan dan minuman. Para guru ikut menyumbang secara sukarela tambahan biaya yang digunakan untuk membeli cat, paku, makanan dan minuman selama bekerja. Kepala sekolah sendiri juga sukarela mengeluarkan sebagian uangnya untuk pembelian bahan-bahan.
“Agar bangunan ini menarik anak-anak, maka catnya harus berwarna-warni dan tempatnya musti dingin,” ujarnya menerangkan desainnya. Untuk menghasilkan cat yang berwarna-warni, kepala madrasah membeli tiga warna cat yaitu merah, kuning dan hijau dan kemudian sebagian dioplos untuk menghasilkan warna baru.
Setelah dikerjakan kurang lebih empat hari, dua bangunan pondok baca pun akhirnya berdiri. Satunya berbentuk seperti balai-balai lesehan dan satunya berbentuk payung dengan beberapa tempat duduk. Yang seperti balai-balai cukup untuk menampung 20 anak.
Ternyata respon siswa memanfaatkan tempat tersebut baik untuk belajar maupun membaca sangat luar biasa. “Sangat menggembirakan bagi saya. Ternyata anak-anak tiap saat berebutan memanfaatkan tempat tersebut untuk membaca. Para guru juga sering duduk disitu menemani anak-anak membaca,” ujar pria beranak tiga ini sangat gembira menikmati hasil kerjanya.
Melihat respon itu, ke depan, kepala madrasah akan menukangi tiga lagi model bangunan sejenis, supaya anak-anak tidak berebutan. “Saya akan membangun tiga taman baca lagi,” tekadnya.
Selain diluar kelas, kepala madrasah juga telah memerintahkan para guru membuat pojok baca di masing-masing kelas yang diampu. Setiap kelas, oleh karenanya, sekarang ini sudah memiliki pojok baca masing-masing. Orang tua siswa juga telah diminta untuk membantu dalam pengadaan buku-buku bacaan.
“Untuk pengadaan buku lebih lanjut, nanti saya juga minta siswa yang akan lulus menyumbangkan buku pada sekolah. Kalau ada 52 anak didik, setidaknya kita bisa dapatkan buku tambahan sejumlah itu,” ujarnya.
Pak Sapri merupakan contoh kepala sekolah yang sadar akan pentingnya membangun literasi bagi anak didiknya. Ia mencontohkan pada guru-guru di sekolahnya dengan langsung berbuat, sehingga guru-guru tergerak untuk melaksanakan program membaca di kelasnya sendiri-sendiri.
Indonesia saat ini merupakan negara yang tangkat literasinya sangat rendah. Berdasarkan penelitian dari Central Connecticut University tahun 2016 yang lalu, Indonesia berada di urutan ke 60 dari 61 negara yang diteliti. “Semangat yang pak Sapri lakukan, mesti menular ke banyak orang. Rendahnya minat baca di Indonesia adalah masalah yang serius karena menghilangkan potensi pendapatan ekonomi triliunan rupiah. Jika masyarakat Indonesia literate, pendapatan ekonomi pun akan cenderung meningkat dengan pesat,” ujar Mustajib, Communication Specialist Tanoto Foundation Kaltim. sumber : https://beritalima.com/kepala-madrasah-ini-tukangi-sendiri-pembangunan-pondok-baca/
Kemenag Sesuaikan Format Penyelenggaraan Ujian Madrasah ( UAMBN DAN USBN )
Ciri khas lembaga Madrasah di Indonesia terdapatnya mata pelajaran Agama yang terdiri dari Qur'an hadist, Fiqih, SKI ( sejarah Kebudayaan Islam ), Aqidah Akhlaq, Bahasa Arab.
Mata pelajaran tersebut juga diujikan pada Ujian Akir Madrasah Berstandart Nasional atau UAMBN, pada hal ini kedepan akan ada penyesuaian format penyelenggaraan Ujian Akhir yang mana Quran Hadits, Fiqih, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) akan diujikan dalam UAMBN.
Berikut berita yang dilangsir oleh Jakarta (Kemenag) - Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama melakukan penyesuaian format penyelenggaraan ujian akhir di madrasah. Direktur Kurikulum, Sarana, Kesiswaan dan Kelembagaan (KSKK) Madrasah Ahmad Umar mengatakan, mulai tahun ajaran 2018/2019, mata pelajaran ciri khas madrasah tidak semuanya diujikan dalam Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional (UAMBN). Ada dua mata pelajaran yang hanya diujikan dalam Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN).
Menurut Umar, ada lima mata pelajaran cirikhas madrasah, yaitu: Qur'an Hadits, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), Bahasa Arab, dan Akidah Akhlak. Selama ini, semuanya diujikan dalam UAMBN.
“Ke depan, kelima mata pelajaran itu akan diujikan dalam format baru, yaitu Qur'an Hadits, Fiqih, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) akan diujikan dalam UAMBN. Sedang Bahasa Arab dan Akidah Akhlak akan diujikan dalam materi uji yang diujikan USBN,” terang Umar di Jakarta, Jumat (28/12).
Menurut Ahmad Umar, kebijakan ini sudah mempertimbangkan karakteristik setiap mapel yang menjadi cirikhas madrasah. Termasuk juga pertimbangan yang terkait keperluan madrasah dalam melakukan pengukuran kompetensi siswa dalam menentukan kelulusan siswa.
Mata pelajaran Qur'an Hadis, Fikih, dan SKI ditetapkan diujikan pada UAMBN karena penggalian seluruh ranah kompetensinya masih dapat dijangkau dengan melalui soal pilihan ganda yang tersedia pada mekanisme penyusunan soal UAMBN. Nilai yang diperoleh di tiga mata pelajaran ini nantinya akan dipakai juga sebagai bahan mengisi data yang akan dipertimbangkan dalam penetapan kelulusan.
Berbeda dengan itu, lanjut Umar, pengukuran kompetensi siswa pada mapel Bahasa Arab dan Akidah Akhlak membutuhkan kelengkapan alat ukur lain, selain soal pilihan ganda. Sebab, diperlukan soal yang dapat mengukur keterampilan berbahasa dan sikap kepribadian siswa. Karena itu, dua mapel tersebut ditetapkan lebih tepat diujikan pada USBN. Sebab, pengelolaan penyelenggaraan USBN walau kisi-kisi dan soal anchornya dari pusat namun keseluruhan pengelolaannya dapat dilakukan oleh madrasah. Sehingga, soal ujian dapat dikembangkan sesuai kebutuhan dan kondisi madrasah untuk mengukur kompetensi siswa yang akan ditetapkan kelulusannya.
“Dengan prinsip ini, siswa tidak dirugikan. Sebab, kompetensinya telah teramati utuh dalam menentukan kelulusan dirinya,” tegas Umar.
“Kebijakan ini bahkan meringankan, karena kelima mapel tersebut hanya akan diujikan sekali dalam ujian akhir siswa madrasah, di UAMBN atau USBN,” lanjutnya.
Ujian pada madrasah terbagi dalam tiga jenis, yaitu: Ujian Nasional (UN), Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional (UAMBN), dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN). Mata pelajaran UN mengikuti Keputusan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. UAMBN diselenggarakan sebagai sarana ujian akhir sebagian mata pelajaran yang ada di madrasah. Sedang USBN untuk semua mata pelajaran yang dipelajari di madrasah.
Mantan Kepala Biro IAIN Surakarta ini menambahkan, UN dan UAMBN memiliki fungsi utama untuk pemetaan kompetensi lulusan madrasah. Keikutsertaan siswa dalam UN dan UAMBN menjadi prasyarat mereka memperoleh ijazah kelulusan. UN dan UAMBN menggunakan moda ujian berbasis komputer dengan jenis soal pilihan ganda.
“Hasil UN dan UAMBN hakikatnya tidak menentukan kelulusan siswa,” tuturnya.
Sementara USBN, lanjut Umar, memiliki fungsi utama sebagai instrumen satuan pendidikan (madrasah) dalam menentukan kelulusan siswa. “Jenis ujian ini penting dan sangat menentukan nasib kelulusan siswa,” tegasnya.
Kisi-kisi soal USBN disiapkan dari pusat, dengan komposisi: 20-25% soal anchor dari pusat, dan 75-80% soal dibuat oleh guru madrasah. Dengan demikian kualitas soal USBN tetap terstandar.
Umar menegaskan, Kementerian Agama berkomitmen mempertahankan kelangsungan mata pelajaran yang menjadi cirikhas madrasah. Namun, dalam pelaksanaan ujian perlu dikaitkan dengan pertimbangan atas karakteristik setiap mapel dan kemampuan bentuk soal ujian yang dapat dikembangkan oleh suatu jenis ujian, misalnya UAMBN dan USBN, agar kompetensi yang akan diukur tergali maksimal. Pelaksanaan ujian akhir di madrasah juga perlu memperhitungkan beban banyaknya mata pelajaran yang diujikan dan panjangnya waktu yang harus diikuti siswa selama menyelesaikan seluruh rangkaian ujian akhir.
“Pertimbangan ini untuk menciptakan rangkaian ujian di madrasah yang layak dan proporsional dan tdk terlalu memberatkan para siswa ,” tandasnya. Sumber : https://kemenag.go.id/berita/read/509685/kemenag-sesuaikan-format-penyelenggaraan-ujian-madrasah
Kamis, 27 Desember 2018
Cara instal VDI UAMBN BK
Cara instal VDI UAMBN BK
Langkah instal vdi UAMBN BK
1. ExtraK file VDI UAMBN BK
2. Jika server sudah terbukti instal virtual box, maka langsung double klik file VM UAMBN BK -wita
3. VDI UAMBN BK otomatis masuk di VM, sekarang tinggal melakukan pengaturan dibagian utama saja. System dan network dengan mengklik menu setting.4. Setting sistem seperti pada gambar berikut
5. Pengaturan sesuaikan dengan jenis/nama ether/ lancard yang terhubung ke swicht client.
6. Adapter 2 pilih Nat agar server secara otomatis mengambil koneksi internet dari UDH/ Lan/ wifi
7.sampai proses ini UAmbn BK sudah aktif silahkan coba buka sista UAMBN BK atau bisa langsung buka Google Chrome ketik URL. 192.168.0.101
PANDUAN INSTALASI VDI UAMBANBK 2018 2019 LENGKAP
DOWNLOAD VDI UAMBN BK
Operator akan punya tugas baru untuk madrasah lebih maju yaitu UAMBN BK.
Mengatur dan meng operasional kan aplikasi UAMBN BK membutuhkan pengalaman operator dalam bidang ITU.
Artikel ini memberikan info download vdi UAMBN BK.
Untuk yang berminat download vdi UAMBN BK silahkan Klik tautan dibawah ini.
Semoga dapat membantu untuk menjadikan madrasah lebih baik.
Untuk mendownload silahkan klik tautan ini VDI UAMBN BK UNDUH DISINI
Untuk alternatif Mirror klik disini Mega.nz, UNDUH DISINI
Dropbox, UNDUH DISINI
Mediafire, UNDUH DISINI
* Unduh file VDI sesuai zona waktu di daerah madrasah masing-masing.
PEMBERKASAN TUNJANGAN INSENTIF GBPNS KABUPATEN GARUT YANG PENYALURANNYA MELALUI KEMENAG KOTA BANDUNG
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Disampaikan dengan hormat, bersama ini kami informasikan, sehubungan dengan permintaan dari Kemenag Kota bandung tentang persyaratan pencairan insentif Guru Bukan PNS sesuai dengan nama terlampir agar segera menyerahkan :
1. sptjm yang bermaterai 6000 bagi yang belum
2. asli cetak S39a
3. kartu ptk
4.poto copi rekening .
Berkas tidak perlu menggunakan map, cukup dihekter dan ditulis dengan pensil di pojok kanan atas no urut sesuai yang tercantum pada lampiran
Berkas sudah harus kami terima di Seksi Penmad Garut dari pukul 06.00 s.d pukul 09.00 untuk selanjutnya akan diserahkan ke Kemenag Kota Bandung, apabila melebihi pukul 09.00 di anggap tidak mengajukan pencairan insentif.
Demikian pengumuman ini disampaikan untuk segera di tindaklanjuti atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terimakasih.
Langganan:
Postingan (Atom)