Nama Pesantren | Pondok Pesantren Miftahul Huda Rawagede – Rawasari - Plered - Purwakarta |
Nama Pimpinan | KH. Apipudin Bin KH. Abdurohman KH. Tb. Abdul Mujib Bin KH. Tb. Ahmad Bakri KH. A. Tajudin Bin KH. Dumyati KH. Abdul Wahab Asy'aroni Bin H. Muhaemin Ust. Muhammad Lukmanul Hakim Bin KH. A. Tajudin |
Alamat | Kp. Rawagede RT.011 RW.002 Ds. Rawasari Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta Propinsi Jawa Barat Telepon 0818-638-940 |
NSPP | 510032140330 |
Tahun Didirikan | 1972 |
Tahun Beroperasi | 1972 |
Status Tanah | Wakaf/No. 005 Tahun 2003/10.07.01.15.1.00005 |
Status Bangunan | Milik Sendiri |
Visi | Mencetak generasi yang berfaham ahlussunah wal jama’ah, berfikir cerdas, bertindak cermat, berkeperibadian akhlaqul karimah dan amaliah sholeh/sholehah |
Misi |
|
Visitor
Sabtu, 12 Mei 2012
Profile Ponpes
Sabtu, 14 April 2012
Prinsip-prinsip Mengajar yang Efektif
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Mursel yaitu:
a. Konteks
Belajar, sebagian besar tergantun pada konteks belajar itu sendiri. Situasi promblematis yang mencakup tugas untuk belajar hendaknya dinyatakan dalam kerangka konteks yang dianggap penting dan memaksa bagi pelajar dan melibatkan siswa menjadi peserta yang aktif, justru karena tujuan itu sendiri. Hendaknya tugas itu dinaytakan dalam kerangka suatu konteks yang sifatnya konkret, dapat ditiru dan dapat dilaksanakan dengan teratur. Selain itu , tugas tersebut harus dapat memberikan dorongan seluas-luasnya untuk berekspreimentasi, bereksplorasi, dan daya penentu. Tugas tersebut dapat juga mengarah kepada penguasaan melalui pengertian dan pemahaman serta dapat memungkinkan transfer dari dan ke pihak lain.
b. Fokus
Proses pembelajaran perglu diorganisasikan dengan bahan ajar. Di samping itu pembelajaran yang penuh makna dan efektif harus diorganiasikan di sekitar suatu fokus. Pengajaran akan berhasil dengan menggunakan fokalisasi, sehingga mutu pemmbelajaran lebih meningkat.
Untuk mencapat pembelajaran yang efektif, harus dipilih fokus yang memiliki ciri-ciri baik, berikut ini:
- Memobilisasi tujuan
- Member bentuk dan uniformitas pada belajar
- Mengorganisasi belajar sebagai suatu eskplorasi dan penemuan
c. Sosialisasi
Dalam proses belajar siswa melatih bekerja sama dalam kerja kelompok, diskusi dan sebagainya. Mereka bertanggung jawa bersama dalam proses pepecahan masalah. Timbulnya pertanyaan, saran dan komentar mendorong siswa untuk berpikir lebih lanjut dan berusahan memperbaiki kekurangannya. Mutu makna dan efektivitas belajar sebagian besar tergantung pada kerangka social tempat belajar itu sangatlah berlaku. Di sini berlaku prinsip pengajaran sosialisasi. Kondisi social pada suatu kelas banyak sekali pengaruhnya terhadap proses belajar yang sedang berlangsung di kelas itu.
d. Individualisasi
Dalam mengorganisasi belajar mengajar guru memperhatikan taraf kesanggupan siswa dan merangsannya untuk menentukan bagi dirinya sendiri apa yang dapat dilakukan sebaik-baiknya. Belajar dengan penuh makna harus dilaksanakan sesuai dengan bakat dan kesanggupan serta dengan tujuan siswa sendiri, dan dengan prosesdur eksperimental yang berlaku. Individu yang satu berbeda dengan individu yang lainnya. Belajar memang harus merupakan persoalan individual, tetapi sejauh mana perbedaan cara belajar itu dari yang dilakukan oleh individu lain, hal ini perlu diketahui.
e. Urutan
Belajar sebagai gejala tersendiri dan pada mengorganisasikannya dengan tetap berdasarkan prinsip konteks, fokaliasi, sosialisasi, dan individualisasi. Namun demikian, guru juga harus mempertimbangkan efektivitas dari serangkaian pelajaran yang disusun secara tepat menurut waktu dan urutannya. Untuk mencari gari yang memisahkan belajar yang tersendiri dari rangkaian proses belajar adalah merupakan suatu abstraksi. Tidak mungkin unit pelajaran yang satu terpisah dengan unit-unit lain. Atau beberapa unit terpisah dari keseluruhan pelajaran itu. Bila hendak mencapai belajr yang ontentik, organisasi rangkaian atau urutan dari belajar dengan penuh makna harus dengan sendirinya bermakna pula.
f. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses belajar itu. Evaluasi tidak mungkin dipisahkan dari belajar maka evaluasi harus diberikan secara wajar agar tidak merugikan. Usaha belajar yang efektif dan sukses ditambah oleh evaluasi yang bermutu dan diskriminatif akan mengenai pada semua aspek belajar. Evaluasi merupakan bagian mutlak dari pengajara sebagai unsure integral di dalam organiasi belajar yang wajar. [157-160]
a. Konteks
Belajar, sebagian besar tergantun pada konteks belajar itu sendiri. Situasi promblematis yang mencakup tugas untuk belajar hendaknya dinyatakan dalam kerangka konteks yang dianggap penting dan memaksa bagi pelajar dan melibatkan siswa menjadi peserta yang aktif, justru karena tujuan itu sendiri. Hendaknya tugas itu dinaytakan dalam kerangka suatu konteks yang sifatnya konkret, dapat ditiru dan dapat dilaksanakan dengan teratur. Selain itu , tugas tersebut harus dapat memberikan dorongan seluas-luasnya untuk berekspreimentasi, bereksplorasi, dan daya penentu. Tugas tersebut dapat juga mengarah kepada penguasaan melalui pengertian dan pemahaman serta dapat memungkinkan transfer dari dan ke pihak lain.
b. Fokus
Proses pembelajaran perglu diorganisasikan dengan bahan ajar. Di samping itu pembelajaran yang penuh makna dan efektif harus diorganiasikan di sekitar suatu fokus. Pengajaran akan berhasil dengan menggunakan fokalisasi, sehingga mutu pemmbelajaran lebih meningkat.
Untuk mencapat pembelajaran yang efektif, harus dipilih fokus yang memiliki ciri-ciri baik, berikut ini:
- Memobilisasi tujuan
- Member bentuk dan uniformitas pada belajar
- Mengorganisasi belajar sebagai suatu eskplorasi dan penemuan
c. Sosialisasi
Dalam proses belajar siswa melatih bekerja sama dalam kerja kelompok, diskusi dan sebagainya. Mereka bertanggung jawa bersama dalam proses pepecahan masalah. Timbulnya pertanyaan, saran dan komentar mendorong siswa untuk berpikir lebih lanjut dan berusahan memperbaiki kekurangannya. Mutu makna dan efektivitas belajar sebagian besar tergantung pada kerangka social tempat belajar itu sangatlah berlaku. Di sini berlaku prinsip pengajaran sosialisasi. Kondisi social pada suatu kelas banyak sekali pengaruhnya terhadap proses belajar yang sedang berlangsung di kelas itu.
d. Individualisasi
Dalam mengorganisasi belajar mengajar guru memperhatikan taraf kesanggupan siswa dan merangsannya untuk menentukan bagi dirinya sendiri apa yang dapat dilakukan sebaik-baiknya. Belajar dengan penuh makna harus dilaksanakan sesuai dengan bakat dan kesanggupan serta dengan tujuan siswa sendiri, dan dengan prosesdur eksperimental yang berlaku. Individu yang satu berbeda dengan individu yang lainnya. Belajar memang harus merupakan persoalan individual, tetapi sejauh mana perbedaan cara belajar itu dari yang dilakukan oleh individu lain, hal ini perlu diketahui.
e. Urutan
Belajar sebagai gejala tersendiri dan pada mengorganisasikannya dengan tetap berdasarkan prinsip konteks, fokaliasi, sosialisasi, dan individualisasi. Namun demikian, guru juga harus mempertimbangkan efektivitas dari serangkaian pelajaran yang disusun secara tepat menurut waktu dan urutannya. Untuk mencari gari yang memisahkan belajar yang tersendiri dari rangkaian proses belajar adalah merupakan suatu abstraksi. Tidak mungkin unit pelajaran yang satu terpisah dengan unit-unit lain. Atau beberapa unit terpisah dari keseluruhan pelajaran itu. Bila hendak mencapai belajr yang ontentik, organisasi rangkaian atau urutan dari belajar dengan penuh makna harus dengan sendirinya bermakna pula.
f. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses belajar itu. Evaluasi tidak mungkin dipisahkan dari belajar maka evaluasi harus diberikan secara wajar agar tidak merugikan. Usaha belajar yang efektif dan sukses ditambah oleh evaluasi yang bermutu dan diskriminatif akan mengenai pada semua aspek belajar. Evaluasi merupakan bagian mutlak dari pengajara sebagai unsure integral di dalam organiasi belajar yang wajar. [157-160]
Senin, 13 Februari 2012
Jumat, 27 Januari 2012
Jumat, 06 Januari 2012
RPP Rumpun PAI Madrasah Aliyah Karakter Lengkap
· Aqidah Akhlak
Kelas X
Kelas XI
· Fiqih
Kelas X
Kelas XI
· Qur’an Hadist
Kelas X
Kelas XI
· SKI
Kelas X
Kelas XI
Terkait: RPP PAI karakter, RPP PAI Madrasah Aliyah, Silabus Karakter, RPP PAI MA.
Kamis, 24 November 2011
Problematika internal dan eksternal guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
Secara umum problem yang dialami oleh para guru dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu problem yang berasal dari diri guru yang bersangkutan dan problem yang berasal dari dalam diri guru lazim disebut problem internal, sedangkan yang berasal dari luar disebut problem eksternal.
Menurut Nana Sudjana (1998: 41) bahwa problem internal yang dialami oleh guru pada umumnya berkisar pada kompetisi profesional yang dimilikinya, baik bidang kognitif seperti penguasaan bahan, bidang sikap seperti mencintai profesinya dan bidang perilaku seperti keterampilan mengajar, menilai hasil belajar siswa dan lain-lain.
Menurut Nana Sudjana (1998: 41) bahwa problem internal yang dialami oleh guru pada umumnya berkisar pada kompetisi profesional yang dimilikinya, baik bidang kognitif seperti penguasaan bahan, bidang sikap seperti mencintai profesinya dan bidang perilaku seperti keterampilan mengajar, menilai hasil belajar siswa dan lain-lain.
a. Keterampilan Mengajar
Guru harus memiliki beberapa komponen keterampilan mengajar agar proses pembelajaran dapat tercapai, diantaranya yaitu 10 kompetensi guru yang merupakan profil kemampuan dasar bagi seorang guru.
Adapun 10 kompetensi guru tersebut menurut Depdikbud (dalam Mulayasa, 2006: 4-5) meliputi: menguasai bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, penggunaan media atau sumber, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, mengenal fungi layanan bimbingan dan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah dan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guru keperluan pengajaran.
b. Menilai Hasil Belajar Siswa
Evaluasi diadakan bukan hanya ingin mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai siswa saja, melainkan ingin mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan siswa atau peserta didik yang telah dicapai.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000: 20) evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang sejauh mana kerberhasilan anak didik dalam belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar. Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh guru dengan memakai instrument penggali data seperti tes perbuatan, tes tertulis dan tes lisan.
Problem eksternal yaitu problem yang berasal dari luar diri guru itu sendiri. Menurut Nana Sudjana (1998: 42-43) mengemukakan bahwa kualitas pengajaran juga ditentukan oleh karakteristik kelas dan karakteristik sekolah. Variabel karakteristik kelas seperti besarnya kelas, suasana belajar, fasilitas dan sumber belajar yang tersedia. Sedangkan karakteristik sekolah yang dimaksud misalnya disiplin sekolah perpustakaan yang ada di sekolah memberikan perasaan yang nyaman, bersih, rapi dan teratur.
Dalam konteks pertimbangan faktor eksternal, terutama yang menyangkut lingkungan kerja, secara rinci dikemukakan oleh M. Arifin (dalam Muhaimin, dkk, 2001: 119) bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi semangat kerja, yaitu:
a. Volume upah kerja yang dapat memenuhi kebutuhan
b. Suasana kerja yang menggairahkan atau iklim
c. Pemahaman sikap dan pengertian di kalangan pekerja
d. Sikap jujur dan dapat di percaya dari kalangan pemimpin terwujud dalam kenyataan
e. Penghargaan terhadap Need for Achievement (hasrat dan kebutuhan yang berprestasi
f. Sarana yang menunjang bagi kesejahteraan mental dan fisik, seperti tempat raga, masjid, rekreasi.
Langganan:
Postingan (Atom)