Visitor
Senin, 13 Februari 2012
Jumat, 27 Januari 2012
Jumat, 06 Januari 2012
RPP Rumpun PAI Madrasah Aliyah Karakter Lengkap
· Aqidah Akhlak
Kelas X
Kelas XI
· Fiqih
Kelas X
Kelas XI
· Qur’an Hadist
Kelas X
Kelas XI
· SKI
Kelas X
Kelas XI
Terkait: RPP PAI karakter, RPP PAI Madrasah Aliyah, Silabus Karakter, RPP PAI MA.
Kamis, 24 November 2011
Problematika internal dan eksternal guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
Secara umum problem yang dialami oleh para guru dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu problem yang berasal dari diri guru yang bersangkutan dan problem yang berasal dari dalam diri guru lazim disebut problem internal, sedangkan yang berasal dari luar disebut problem eksternal.
Menurut Nana Sudjana (1998: 41) bahwa problem internal yang dialami oleh guru pada umumnya berkisar pada kompetisi profesional yang dimilikinya, baik bidang kognitif seperti penguasaan bahan, bidang sikap seperti mencintai profesinya dan bidang perilaku seperti keterampilan mengajar, menilai hasil belajar siswa dan lain-lain.
Menurut Nana Sudjana (1998: 41) bahwa problem internal yang dialami oleh guru pada umumnya berkisar pada kompetisi profesional yang dimilikinya, baik bidang kognitif seperti penguasaan bahan, bidang sikap seperti mencintai profesinya dan bidang perilaku seperti keterampilan mengajar, menilai hasil belajar siswa dan lain-lain.
a. Keterampilan Mengajar
Guru harus memiliki beberapa komponen keterampilan mengajar agar proses pembelajaran dapat tercapai, diantaranya yaitu 10 kompetensi guru yang merupakan profil kemampuan dasar bagi seorang guru.
Adapun 10 kompetensi guru tersebut menurut Depdikbud (dalam Mulayasa, 2006: 4-5) meliputi: menguasai bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, penggunaan media atau sumber, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, mengenal fungi layanan bimbingan dan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah dan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guru keperluan pengajaran.
b. Menilai Hasil Belajar Siswa
Evaluasi diadakan bukan hanya ingin mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai siswa saja, melainkan ingin mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan siswa atau peserta didik yang telah dicapai.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000: 20) evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang sejauh mana kerberhasilan anak didik dalam belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar. Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh guru dengan memakai instrument penggali data seperti tes perbuatan, tes tertulis dan tes lisan.
Problem eksternal yaitu problem yang berasal dari luar diri guru itu sendiri. Menurut Nana Sudjana (1998: 42-43) mengemukakan bahwa kualitas pengajaran juga ditentukan oleh karakteristik kelas dan karakteristik sekolah. Variabel karakteristik kelas seperti besarnya kelas, suasana belajar, fasilitas dan sumber belajar yang tersedia. Sedangkan karakteristik sekolah yang dimaksud misalnya disiplin sekolah perpustakaan yang ada di sekolah memberikan perasaan yang nyaman, bersih, rapi dan teratur.
Dalam konteks pertimbangan faktor eksternal, terutama yang menyangkut lingkungan kerja, secara rinci dikemukakan oleh M. Arifin (dalam Muhaimin, dkk, 2001: 119) bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi semangat kerja, yaitu:
a. Volume upah kerja yang dapat memenuhi kebutuhan
b. Suasana kerja yang menggairahkan atau iklim
c. Pemahaman sikap dan pengertian di kalangan pekerja
d. Sikap jujur dan dapat di percaya dari kalangan pemimpin terwujud dalam kenyataan
e. Penghargaan terhadap Need for Achievement (hasrat dan kebutuhan yang berprestasi
f. Sarana yang menunjang bagi kesejahteraan mental dan fisik, seperti tempat raga, masjid, rekreasi.
Selasa, 26 Oktober 2010
Langkah-langkah Strategi Group Resume
AWAL
1) Guru menyiapkan kondisi siswa untuk siap belajar,
2) Guru mengucap dan basmalah
3) Menyampaikan tema dan tujuan pembelajaran
4) Guru memberikan apersepsi dan pretest dengan mengajukan pertanyaan: (apersepsi) .... (pretest) ....?
5) Motivasi awal
- Memberikan penegasan bahwa materi ini sangat penting
- Memberitahukan akan diberikan tes setelah proses belajar
2.INTI
1. Orientasi Materi
Siswa menjelaskan pengertian syirik dengan strategi interactive lecturing. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Siswa mendengarkan penjelasan guru
2. Kemudian siswa menjawab pertanyaann guru
2. Latihan
a. Kemudian siswa membagi dua kelompok dan siswa melakukan strategi group resume, Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Siswa membentuktiga kelompok , kelompok 1 .....materinya , kelompok 2 .....materinya, dan kelompok 3 ..... materinya
2) Siswa duduk dengan Masing-masing kelompok dan menunjuk ketua kelompoknya Kemudian siswa mempresetasikan hasil resume masing-masing kelompok tersebut
3) Bagi kelompok lain untuk dapat mendengarkan penyampaian hasil resume kelompok temannya dan menyanggah ataupun bertanya.
4) seletelah diskusi selesai siswa kembali duduk dengan poisis semula
3. Feed Back/Umpan Balik
Siswa menanyakan materi yang kurang dipahami
4. Follow Up/Tindak lanjut
Siswa mendengarkanmenjelaskan materi oleh guru yang belum dipahami siswa sambil memberikan penekanan pada hal hal yang dianggap penting.
3AKHIR
a. Siswa menyimpulkan materi yang dibantu oleh guru
b. Kemudian siswa menjelaskan ............materi sebagai tugas evaluasi dari guru
c. Siswa menerima penilaian terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran
d. Siswa menerima motivasi agar mengulang-ulang pelajaran di rumah
e. Guru menutup pelajaran dengan membaca doa/hamdalah bersama siswa dan salam penutup
1) Guru menyiapkan kondisi siswa untuk siap belajar,
2) Guru mengucap dan basmalah
3) Menyampaikan tema dan tujuan pembelajaran
4) Guru memberikan apersepsi dan pretest dengan mengajukan pertanyaan: (apersepsi) .... (pretest) ....?
5) Motivasi awal
- Memberikan penegasan bahwa materi ini sangat penting
- Memberitahukan akan diberikan tes setelah proses belajar
2.INTI
1. Orientasi Materi
Siswa menjelaskan pengertian syirik dengan strategi interactive lecturing. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Siswa mendengarkan penjelasan guru
2. Kemudian siswa menjawab pertanyaann guru
2. Latihan
a. Kemudian siswa membagi dua kelompok dan siswa melakukan strategi group resume, Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Siswa membentuktiga kelompok , kelompok 1 .....materinya , kelompok 2 .....materinya, dan kelompok 3 ..... materinya
2) Siswa duduk dengan Masing-masing kelompok dan menunjuk ketua kelompoknya Kemudian siswa mempresetasikan hasil resume masing-masing kelompok tersebut
3) Bagi kelompok lain untuk dapat mendengarkan penyampaian hasil resume kelompok temannya dan menyanggah ataupun bertanya.
4) seletelah diskusi selesai siswa kembali duduk dengan poisis semula
3. Feed Back/Umpan Balik
Siswa menanyakan materi yang kurang dipahami
4. Follow Up/Tindak lanjut
Siswa mendengarkanmenjelaskan materi oleh guru yang belum dipahami siswa sambil memberikan penekanan pada hal hal yang dianggap penting.
3AKHIR
a. Siswa menyimpulkan materi yang dibantu oleh guru
b. Kemudian siswa menjelaskan ............materi sebagai tugas evaluasi dari guru
c. Siswa menerima penilaian terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran
d. Siswa menerima motivasi agar mengulang-ulang pelajaran di rumah
e. Guru menutup pelajaran dengan membaca doa/hamdalah bersama siswa dan salam penutup
Minggu, 10 Oktober 2010
Interaki Guru dan Murid
A.Majelis Ilmu
a.Pengertian Majelis Ilmu
Dari segi etimologi majelis ilmu berasal dari bahasa arab yang terdiri dari dua kata yaitu majelis dan ilmu. Majelis bermakna “tempat duduk”, sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia majelis adalah pertemuan, kumpulan, tempat sidang. Sedangkan ilmu bermakna adalah pengetahuan tetang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.
Dengan demikian majelis ilmu (Convention for knowledge) adalah suatu pertemuan atau kumpulan yang terdapat pengkajian atau pengajaran tentang pengetahuan tertentu yang disusun secara bersistem. “Pendidikan secara kultural pada umumnya berada dalam lingkup peran, fungsi dan tujuan yang tidak berbeda. Semuanya hidup dalam upaya yang bermaksud mengangkat dan menegakkan martabat manusia melalui transmisi yang dimilikinya, terutama dalam bentuk transfer of knowledge dan transfer of value”.
Seorang Muslim wajib mempelajari ilmu bersungguh-sungguh agar dapat berjalan di muka bumi ini mengikut hidayah serta tuntutan Allah SWT tidak tersesat jalan yang akan membinasakannya. Bagi memahami ajaran Islam haruslah melalui pembacaan kitab-kitab rujukan Islam yang muktabar sambil meminta nasihat serta petunjuk dari para ulama muktabar tentang kitab-kitab yang perlu dibaca dan yang sesuai diteliti ilmunya. Di samping itu dapat dimanfaatkan majelis-majelis ilmu dari ulama-ulama terkenal. Sebenarnya inilah majelis ilmu yang disebut Nabi s.a.w sebagai ‘taman-taman Syurga’ : “Jika kalian melalui taman-taman syurga, maka berhentilah dan duduklah di situ”. Para Sahabat r.a. bertanya : “Apakah taman-taman Syurga itu wahai Rasulullah?” Jawab baginda : “Majelis-majelis ilmu dan zikir”.
Dari hadis tersebut dapat dipahami bahwa suatu majelis yang di dalam terdapat kajian tentang ilmu pengetahuan maka itu akan memberikan manfaat yang luar biasa, baik untuk dirinya maupun bagi masyarakat.
Majelis ilmu juga bisa berupa pengajaran pengetahuan yang dilakukan di lembaga formal seperti sekolah, kampus dan lain-lain. Di mana dalam kegiatan tersebut adanya seorang pembimbing (pendidik / guru) dan ada pula peserta didiknya. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi:
-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Imam Ibnu Katsir dalam Tasfsirnya Al-Qur'an al Azhim, Juz IV, hal 324, mengatakan bahwa Allah SWT dalam ayat ini mendidik kaum muslimin agar bersikap baik satu sama lain di dalam majlis. Janganlah satu sama lain mempersempit tempat duduk, sehingga seolah-olah yang satu menghalangi keberadaan dan kehadiran yang lain dalam majlis.
b.Majelis
1.Berilah izin salam atau mintalah izin kepada orang-orang yang di dalam majlis ketika masuk dan keluar dari majlis tersebut.
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian sampai di suatu majlis, maka hendaklah memberi salam, lalu jika dilihat layak baginya duduk, maka hendaklah ia duduk. Kemudian jika bangkit (akan keluar) dari majlis hendaklah memberi salam pula. Bukanlah salam yang pertama lebih utama daripada yang kedua.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi, dinilai shahih oleh Al-Albani).
2.Duduklah di tempat yang masih tersisa. Jabir bin Samurah radhiallahu ‘anhu menuturkan, “Apabila kami datang kepada Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam, maka masing-masing dari kami duduk di tempat yang masih tersedia di majlis.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani).
3.Jangan menyuruh orang lain untuk pindah dari tempat duduknya kemudian anda mendudukinya, akan tetapi berlapang-lapanglah di dalam majlis. Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang tidak boleh memerintah-kan orang lain pindah dari tempat duduknya lalu ia menggantikannya, akan tetapi berlapanglah dan perluaslah.” (Muttafaq ’alaih).
4.Jangan duduk di tengah-tengah (lingkaran majlis) halaqah.
5.Jangan duduk di antara dua orang yang sedang duduk kecuali seizin mereka.
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak halal bagi seseorang memisah di antara dua orang kecuali seizin keduanya.” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani).
6.Jangan menempati tempat duduk orang lain yang keluar sementara waktu untuk suatu keperluan. Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila seorang di antara kamu bangkit (keluar) dari tempat duduknya, kemudian kembali, maka ia lebih berhak menempatinya.” (HR. Muslim).
7.Jangan berbisik berduaan dengan tidak melibatkan orang ke tiga.
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kalian sedang bertiga, maka yang dua orang tidak boleh berbisik-bisik tanpa melibatkan yang ketiga sehingga kalian berbaur dengan orang banyak, karena hal tersebut dapat membuatnya sedih.” (Muttafaq ’alaih).
8.Jangan banyak tertawa. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian memperba-nyak tawa, karena banyak tawa itu mematikan hati.” (HR. Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh Al-Albani).
9.Jagalah pembicaraan yang terjadi di dalam forum (majlis). Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila seseorang membicarakan suatu pembicaraan, kemudian ia, maka itu adalah amanat.” (HR. At-Tirmidzi, dinilai hasan oleh Al-Albani) Amanah bagi yang ditoleh.
10.Jangan melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan perasaan orang lain, seperti menguap, membuang ingus atau bersendawa di dalam majlis.
11.Jangan memata-matai.Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kamu mencari-cari atau memata-matai orang.” (Muttafaq ’alaih).
12.Tutuplah majlis dengan do`a kaffarah majlis. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang duduk di dalam suatu majlis dan di majlis itu terjadi banyak gaduh, kemudian sebelum bubar dari majlis itu ia berdo’a,
13.Isilah majlis dengan ingat kepada Allah agar tidak bernilai kotor di sisi Allah dan kerugian (HR. Abu Daud)
14.Jagalah kebersihan dan bau harum atau kesegaran ruangan.
Bicaralah secara halus dan sopan.
c.Keutamaan Majelis Ilmu
Dalam sebuah hadist disebutkan keutamaan majelis yang artinya” Seorang Anshar bertanya kepada Rasulullah saw: “Wahai Rasulullah, jika ada orang yang meninggal dunia bertepatan dengan acara majelis ulama, manakah yang lebih berhak mendapat perhatian?” Rasulullah saw. pun menjawab, “jika telah ada orang yang mengantarkan dan menguburkan jenazah, maka menghadiri majelis ulama lebih utama daripada melayat seribu jenazah. Bahkan ia lebih utama daripada menjenguk seribu orang sakit, atau shalat seribu hari seribu malam, atau sedekah seribu dirham pada faqir miskin, atau pun seribu kali berhaji; bahkan lebih utama daripada seribu kali berperang di jalan Allah dengan jiwa dan hartamu! Tahukah engkau bahwa Allah dipatuhi dengan ilmu, dan disembah dengan ilmu pula? Tahukah engkau bahwa kebaikan dunia dan akhirat adalah dengan ilmu, sedangkan keburukan dunia dan akhirat adalah dengan kebodohan?”
Hadis di atas merefleksikan tentang keutamaan pentingnya menghadiri majelis ilmu. Mengapa menghadiri majelis ilmu begitu diprioritaskan dari berta’ziah?
Majelis ilmu memang pantas bila harus diistimewakan kedudukannya daripada bertakziah. Selain karena majelis ilmu adalah tempat mencari kebenaran dan menggali hikmah. Menjala rahmat dan hidayah dari Allah pun bisa dilakukan dengan cara menghadiri majelis ilmu.
Majelis ilmu juga memberikan kesempatan pada manusia untuk berbaur dengan sesama insan yang juga mencintai ilmu. Hingga keimanan yang tertanam dalam hati mereka kian subur. Mereka bisa saling menasihati, saling mengingatkan, dan saling menyampaikan kabar gembira yang berasal dari Al-Qur’an dan Hadis. Hal ini menjadikan hati orang yang selalu menghadiri majelis ilmu semakin erat dengan manusia dan semakin lekat dengan Allah.
Maka luar biasa kiranya, bila menuntut ilmu itu menjadi sesuatu yang didahulukan, sebab dengan mencari ilmu, maka kita akan mengetahui apa yang tidak kita ketahui, serta untuk mengetahui, apa yang juga diketahui oleh orang lain. Dengan harapan agar kita tidak terpuruk dalam kejumudan intelektual, serta tidak tertinggal oleh orang lain, ketika mereka berlomba-lomba menabung amal.
B.Interaksi Guru Dan Murid
Interakasi atau hubungan guru dan murid merupakan hal yang penting. Sejarah pendidikan islam bahwasanya bersikap menampilkan pola hubungan guru-murid berdasarkan rasa cinta, cermat, dan persahabatan. Menurut Nasr dalam bukunya berjudul sains mengatakan” hubungan guru-murid dalam pendidikan islam selalu memiliki aspek yang sangat personal, dimana seorang penuntut ilmu mencari seorang guru, bukan lembaga, lalu mengabdikan diri sepenuhnya kepada guru tersebut. Hubungan yang terjalin antara guru dan murid selalu intim; seorang murid menghormati gurunya seperti seorang ayah dan mematuhinya, bahkan dalam hal-hal pribadi yang tak langsung berkaitan dengan pendidikannya secara norma”
Adapun kriteria akhlak seorang pendidik (guru), antara lain:
1.mencintai jabatannya sebagai guru
2.bersikap adil terhadap semua muridnya
3.harus gembira dan berwibawa
4.berlaku sabar dan tenang
5.harus bersifat manusiawi
6.bekerja sama dengan guru-guru lain
7.bekerjasama dengan masyarakat
Tugas terpenting pula bagi seorang guru adalah ia dijadikan teladan (uswah) bagi murid-muridnya. Sebagaiman Al-Ghazali mengisyaratkan dengan sebuah tongkat dan bayangan, beliau berkata “ bagaimana mau bayangan lurus seandainya tongkatnya saja bengkok”, bahwa hal ini memberikan indikasi kekeliruan tingkah laku guru berakibat sangat fatal.
Sedangkan untuk seorang murid (anak didik) paling tidak mempunyai akhlak / adab dalam menuntut ilmu terhadap gurunya, yakni:
1.harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit hati, karena belajara adalah ibadah
2.harus mempunyai tujuan untuk dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT bukan untuk kemegahan dan kedudukan
3.pelajara harus tabah dalam menimba ilmu pengetahuan
4.wajib menghormati guru, sehingga guru menjadi ridho terhadap ilmunya (Asma Hasan Fahmi.:175)
Dari adab murid tersebut, dapat disimpulkan betapa pentingnya dan mulianya kedudukan seorang guru (pendidik). Menurut Ahmad Syauqy dalam syairnya yang berbunyi,” posisikanlah seorang guru di tempat yang mulia, sebab posisi guru hampir mendekati posisi Rasul”
KESIMPULAN
Bahwasanya orang-orang yang beriman dan berimul akan diangkat derajatnya di sisi Allah. Oleh karena itu beruntunglah seseorang yang memiliki ilmu yang diamalkan untuk beramal shaleh. Dalam suatu proses pendidikan sangat diperlukan seorang pendidik (guru), dan seorang peserta didik (murid) haruslah menjaga adab dalam proses penerimaan pengetahuan, agar apa yang didapat mendapatkan barokah. Oleh karena itu sangat penting menjaga interaksi antara guru-murid sebab dengan menjaga adab satu sama lain maka akan tercipta suasana pengajaran yang baik dan menuju tujuan yang akan dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Asari, Hasan. 1999. Nukilan Pemikiran Islam Klasik. Yogyakarta: PT Wacana Yogya.
Salim, Haitami. Mahrus, Erwin. 2006. Filsafat Pendidikan Islam. Pontianak: STAIN Pontianak Press.
Tafsir, Ahmad. 2007. Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
http://www.geocities.com/Athens/Ithaca/8306/baru1420/tafsir/tafsir1.htm
http://khalilullah85.multiply.com/journal/item/19
a.Pengertian Majelis Ilmu
Dari segi etimologi majelis ilmu berasal dari bahasa arab yang terdiri dari dua kata yaitu majelis dan ilmu. Majelis bermakna “tempat duduk”, sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia majelis adalah pertemuan, kumpulan, tempat sidang. Sedangkan ilmu bermakna adalah pengetahuan tetang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.
Dengan demikian majelis ilmu (Convention for knowledge) adalah suatu pertemuan atau kumpulan yang terdapat pengkajian atau pengajaran tentang pengetahuan tertentu yang disusun secara bersistem. “Pendidikan secara kultural pada umumnya berada dalam lingkup peran, fungsi dan tujuan yang tidak berbeda. Semuanya hidup dalam upaya yang bermaksud mengangkat dan menegakkan martabat manusia melalui transmisi yang dimilikinya, terutama dalam bentuk transfer of knowledge dan transfer of value”.
Seorang Muslim wajib mempelajari ilmu bersungguh-sungguh agar dapat berjalan di muka bumi ini mengikut hidayah serta tuntutan Allah SWT tidak tersesat jalan yang akan membinasakannya. Bagi memahami ajaran Islam haruslah melalui pembacaan kitab-kitab rujukan Islam yang muktabar sambil meminta nasihat serta petunjuk dari para ulama muktabar tentang kitab-kitab yang perlu dibaca dan yang sesuai diteliti ilmunya. Di samping itu dapat dimanfaatkan majelis-majelis ilmu dari ulama-ulama terkenal. Sebenarnya inilah majelis ilmu yang disebut Nabi s.a.w sebagai ‘taman-taman Syurga’ : “Jika kalian melalui taman-taman syurga, maka berhentilah dan duduklah di situ”. Para Sahabat r.a. bertanya : “Apakah taman-taman Syurga itu wahai Rasulullah?” Jawab baginda : “Majelis-majelis ilmu dan zikir”.
Dari hadis tersebut dapat dipahami bahwa suatu majelis yang di dalam terdapat kajian tentang ilmu pengetahuan maka itu akan memberikan manfaat yang luar biasa, baik untuk dirinya maupun bagi masyarakat.
Majelis ilmu juga bisa berupa pengajaran pengetahuan yang dilakukan di lembaga formal seperti sekolah, kampus dan lain-lain. Di mana dalam kegiatan tersebut adanya seorang pembimbing (pendidik / guru) dan ada pula peserta didiknya. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi:
-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Imam Ibnu Katsir dalam Tasfsirnya Al-Qur'an al Azhim, Juz IV, hal 324, mengatakan bahwa Allah SWT dalam ayat ini mendidik kaum muslimin agar bersikap baik satu sama lain di dalam majlis. Janganlah satu sama lain mempersempit tempat duduk, sehingga seolah-olah yang satu menghalangi keberadaan dan kehadiran yang lain dalam majlis.
b.Majelis
1.Berilah izin salam atau mintalah izin kepada orang-orang yang di dalam majlis ketika masuk dan keluar dari majlis tersebut.
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian sampai di suatu majlis, maka hendaklah memberi salam, lalu jika dilihat layak baginya duduk, maka hendaklah ia duduk. Kemudian jika bangkit (akan keluar) dari majlis hendaklah memberi salam pula. Bukanlah salam yang pertama lebih utama daripada yang kedua.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi, dinilai shahih oleh Al-Albani).
2.Duduklah di tempat yang masih tersisa. Jabir bin Samurah radhiallahu ‘anhu menuturkan, “Apabila kami datang kepada Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam, maka masing-masing dari kami duduk di tempat yang masih tersedia di majlis.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani).
3.Jangan menyuruh orang lain untuk pindah dari tempat duduknya kemudian anda mendudukinya, akan tetapi berlapang-lapanglah di dalam majlis. Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang tidak boleh memerintah-kan orang lain pindah dari tempat duduknya lalu ia menggantikannya, akan tetapi berlapanglah dan perluaslah.” (Muttafaq ’alaih).
4.Jangan duduk di tengah-tengah (lingkaran majlis) halaqah.
5.Jangan duduk di antara dua orang yang sedang duduk kecuali seizin mereka.
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak halal bagi seseorang memisah di antara dua orang kecuali seizin keduanya.” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani).
6.Jangan menempati tempat duduk orang lain yang keluar sementara waktu untuk suatu keperluan. Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila seorang di antara kamu bangkit (keluar) dari tempat duduknya, kemudian kembali, maka ia lebih berhak menempatinya.” (HR. Muslim).
7.Jangan berbisik berduaan dengan tidak melibatkan orang ke tiga.
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kalian sedang bertiga, maka yang dua orang tidak boleh berbisik-bisik tanpa melibatkan yang ketiga sehingga kalian berbaur dengan orang banyak, karena hal tersebut dapat membuatnya sedih.” (Muttafaq ’alaih).
8.Jangan banyak tertawa. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian memperba-nyak tawa, karena banyak tawa itu mematikan hati.” (HR. Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh Al-Albani).
9.Jagalah pembicaraan yang terjadi di dalam forum (majlis). Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila seseorang membicarakan suatu pembicaraan, kemudian ia, maka itu adalah amanat.” (HR. At-Tirmidzi, dinilai hasan oleh Al-Albani) Amanah bagi yang ditoleh.
10.Jangan melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan perasaan orang lain, seperti menguap, membuang ingus atau bersendawa di dalam majlis.
11.Jangan memata-matai.Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kamu mencari-cari atau memata-matai orang.” (Muttafaq ’alaih).
12.Tutuplah majlis dengan do`a kaffarah majlis. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang duduk di dalam suatu majlis dan di majlis itu terjadi banyak gaduh, kemudian sebelum bubar dari majlis itu ia berdo’a,
13.Isilah majlis dengan ingat kepada Allah agar tidak bernilai kotor di sisi Allah dan kerugian (HR. Abu Daud)
14.Jagalah kebersihan dan bau harum atau kesegaran ruangan.
Bicaralah secara halus dan sopan.
c.Keutamaan Majelis Ilmu
Dalam sebuah hadist disebutkan keutamaan majelis yang artinya” Seorang Anshar bertanya kepada Rasulullah saw: “Wahai Rasulullah, jika ada orang yang meninggal dunia bertepatan dengan acara majelis ulama, manakah yang lebih berhak mendapat perhatian?” Rasulullah saw. pun menjawab, “jika telah ada orang yang mengantarkan dan menguburkan jenazah, maka menghadiri majelis ulama lebih utama daripada melayat seribu jenazah. Bahkan ia lebih utama daripada menjenguk seribu orang sakit, atau shalat seribu hari seribu malam, atau sedekah seribu dirham pada faqir miskin, atau pun seribu kali berhaji; bahkan lebih utama daripada seribu kali berperang di jalan Allah dengan jiwa dan hartamu! Tahukah engkau bahwa Allah dipatuhi dengan ilmu, dan disembah dengan ilmu pula? Tahukah engkau bahwa kebaikan dunia dan akhirat adalah dengan ilmu, sedangkan keburukan dunia dan akhirat adalah dengan kebodohan?”
Hadis di atas merefleksikan tentang keutamaan pentingnya menghadiri majelis ilmu. Mengapa menghadiri majelis ilmu begitu diprioritaskan dari berta’ziah?
Majelis ilmu memang pantas bila harus diistimewakan kedudukannya daripada bertakziah. Selain karena majelis ilmu adalah tempat mencari kebenaran dan menggali hikmah. Menjala rahmat dan hidayah dari Allah pun bisa dilakukan dengan cara menghadiri majelis ilmu.
Majelis ilmu juga memberikan kesempatan pada manusia untuk berbaur dengan sesama insan yang juga mencintai ilmu. Hingga keimanan yang tertanam dalam hati mereka kian subur. Mereka bisa saling menasihati, saling mengingatkan, dan saling menyampaikan kabar gembira yang berasal dari Al-Qur’an dan Hadis. Hal ini menjadikan hati orang yang selalu menghadiri majelis ilmu semakin erat dengan manusia dan semakin lekat dengan Allah.
Maka luar biasa kiranya, bila menuntut ilmu itu menjadi sesuatu yang didahulukan, sebab dengan mencari ilmu, maka kita akan mengetahui apa yang tidak kita ketahui, serta untuk mengetahui, apa yang juga diketahui oleh orang lain. Dengan harapan agar kita tidak terpuruk dalam kejumudan intelektual, serta tidak tertinggal oleh orang lain, ketika mereka berlomba-lomba menabung amal.
B.Interaksi Guru Dan Murid
Interakasi atau hubungan guru dan murid merupakan hal yang penting. Sejarah pendidikan islam bahwasanya bersikap menampilkan pola hubungan guru-murid berdasarkan rasa cinta, cermat, dan persahabatan. Menurut Nasr dalam bukunya berjudul sains mengatakan” hubungan guru-murid dalam pendidikan islam selalu memiliki aspek yang sangat personal, dimana seorang penuntut ilmu mencari seorang guru, bukan lembaga, lalu mengabdikan diri sepenuhnya kepada guru tersebut. Hubungan yang terjalin antara guru dan murid selalu intim; seorang murid menghormati gurunya seperti seorang ayah dan mematuhinya, bahkan dalam hal-hal pribadi yang tak langsung berkaitan dengan pendidikannya secara norma”
Adapun kriteria akhlak seorang pendidik (guru), antara lain:
1.mencintai jabatannya sebagai guru
2.bersikap adil terhadap semua muridnya
3.harus gembira dan berwibawa
4.berlaku sabar dan tenang
5.harus bersifat manusiawi
6.bekerja sama dengan guru-guru lain
7.bekerjasama dengan masyarakat
Tugas terpenting pula bagi seorang guru adalah ia dijadikan teladan (uswah) bagi murid-muridnya. Sebagaiman Al-Ghazali mengisyaratkan dengan sebuah tongkat dan bayangan, beliau berkata “ bagaimana mau bayangan lurus seandainya tongkatnya saja bengkok”, bahwa hal ini memberikan indikasi kekeliruan tingkah laku guru berakibat sangat fatal.
Sedangkan untuk seorang murid (anak didik) paling tidak mempunyai akhlak / adab dalam menuntut ilmu terhadap gurunya, yakni:
1.harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit hati, karena belajara adalah ibadah
2.harus mempunyai tujuan untuk dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT bukan untuk kemegahan dan kedudukan
3.pelajara harus tabah dalam menimba ilmu pengetahuan
4.wajib menghormati guru, sehingga guru menjadi ridho terhadap ilmunya (Asma Hasan Fahmi.:175)
Dari adab murid tersebut, dapat disimpulkan betapa pentingnya dan mulianya kedudukan seorang guru (pendidik). Menurut Ahmad Syauqy dalam syairnya yang berbunyi,” posisikanlah seorang guru di tempat yang mulia, sebab posisi guru hampir mendekati posisi Rasul”
KESIMPULAN
Bahwasanya orang-orang yang beriman dan berimul akan diangkat derajatnya di sisi Allah. Oleh karena itu beruntunglah seseorang yang memiliki ilmu yang diamalkan untuk beramal shaleh. Dalam suatu proses pendidikan sangat diperlukan seorang pendidik (guru), dan seorang peserta didik (murid) haruslah menjaga adab dalam proses penerimaan pengetahuan, agar apa yang didapat mendapatkan barokah. Oleh karena itu sangat penting menjaga interaksi antara guru-murid sebab dengan menjaga adab satu sama lain maka akan tercipta suasana pengajaran yang baik dan menuju tujuan yang akan dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Asari, Hasan. 1999. Nukilan Pemikiran Islam Klasik. Yogyakarta: PT Wacana Yogya.
Salim, Haitami. Mahrus, Erwin. 2006. Filsafat Pendidikan Islam. Pontianak: STAIN Pontianak Press.
Tafsir, Ahmad. 2007. Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
http://www.geocities.com/Athens/Ithaca/8306/baru1420/tafsir/tafsir1.htm
http://khalilullah85.multiply.com/journal/item/19
Langganan:
Postingan (Atom)